Ketika Istiqomah Tidak Kokoh
“Selalu Istiqomahlah“ adalah sebuah nasihat agung bagi seluruh umat Islam agar mereka memiliki kesadaran bahwa ada tuntutan pada dirinya untuk selalu menjaga, memelihara, dan merealisasikan nilai-nilai Tauhid, selalu berpegang teguh pada ajaran-Nya—dinul Islam, serta mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Mujahid berkata, “Istiqomah adalah komitmen terhadap syahadat tauhid sampai bertemu dengan Allah Ta’ala.”
Ibnu Taimiyah berkata, “Mereka beristiqomah dalam mencintai dan beribadah kepada-Nya tanpa menoleh kiri kanan.”
Istiqomah bukan hanya diperintahkan kepada manusia biasa, akan tetapi ia pun diperintahkan kepada manusia-manusia besar sepanjang sejarah peradaban manusia, yaitu para nabi dan rasul. Perhatikanlah ayat berikut ini,
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“Maka tetap (istiqomahlah) kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Hud: 112)
عَنْ أَبِي عَمْرو، وَقِيْلَ : أَبِي عَمْرَةَ سُفْيَانُ بْنِ عَبْدِ اللهِ الثَّقَفِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ قُلْ لِي فِي اْلإِسْلاَمِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَداً غَيْرَكَ . قَالَ : قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ
Dari Abu Amr, -ada juga yang mengatakan- Abu ‘Amrah, Sufyan bin Abdillah Ats-Tsaqofi radhiallahu anhu dia berkata, “Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah katakan kepada saya tentang Islam sebuah perkataan yang tidak akan saya tanyakan kepada seorangpun selainmu’. Beliau menjawab, ‘Katakanlah, ‘saya beriman kepada Allah’, kemudian beristiqomah-lah”. (HR. Muslim).
Ibnu Taimiyah berkata: Karomah atau kemulian terbesar adalah karunia Allah berupa keistiqomahan di dalam dada hamba-Nya. Karena Istiqomahlah yang membuat kita sampai kepada tujuan kehidupan yaitu Kebahagian Akhirat.
Untuk mendapatkan karunia Istiqomah tersebut maka harus ada usaha untuk memenuhi faktor-faktor yang menyebabkan Istiqomah tertanam kokoh di hati, dan sekaligus menghindari faktor-faktor yang menyebabkan Istiqomah tercabut dari hati. Salah satu faktor terbesar yang merusak Istiqomah adalah perbuatan buruk dan maksiat yang kita lakukan.
Perbuatan baik adalah merupakan pohon kebaikan yang tumbuh di dalam hati, dan perbuatan maksiat dan dosa adalah alang-alang, rumput pengganggu dan hama yang menggeroti dan merusak pohon kebaikan tersebut. Maka hati haruslah dijaga agar tetap kebersihan dan subur, dengan sering membersihkannya dari alang alang rumput penggangu dan hama-hama pengganggu lainnya.
Ketika hati tidak bersih dari maksiat dan dosa maka selamanya pohon kebaikan tidak akan bisa tumbuh dan berdiri kokoh. Karena hakekatnya kebaikan dan keburukan, amal sholih dan maksiat tidak akan bisa tumbuh bersama-sama dalam satu tempat. Dan Istighfar adalah wasilah untuk membersihkan alang-alang rumput pengganggu dan hama dari hati.
Berapa banyak orang yang melakukan kebaikan dengan semangat diawalnya, tetapi setelah beberapa saat orang tersebut sudah tidak melakukannya lagi, atau orang yang rajin mendatangi majlis Ilmu tapi beberapa saat kemudian dia tidak tampak lagi. Kenapa susah untuk beristiqomah dalam melakukan amal kebaikan. Bisa jadi karena niat Istiqomah tidak dibarengi dengan Istighfar,
Surat Fushilat ayat 6
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَاسْتَقِيمُوا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ وَوَيْلٌ لِلْمُشْرِكِينَ
Katakanlah (Muhammad), “Aku ini hanyalah seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu tetaplah kamu Istiqomah (beribadah) kepada-Nya dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Dan celakalah bagi orang-orang yang mempersekutukan-(Nya).”
Di ayat ini lafadz perintah Istiqomah di ikuti dengan lafadz untuk beristighfar. Oleh karena seorang hamba meskipun telah berusaha untuk istiqomah (tetap di atas syariat-Nya), namun masih saja dalam menjalankannya terdapat kekurangan dalam melaksanakan perintah-Nya atau bahkan terkadang jatuh ke dalam maksiat, maka Allah Subhaanahu wa Ta’ala memerintahkan untuk mendatangi obatnya, yaitu istighfar dan taubat.
Itulah hikmah dari memperbanyak Istighfar, kerena Istighfar bisa membersihkan dan menghapus dosa yang telah diperbuat sekaligus permohonan kepada Allah untuk menjaga dari perbuatan dosa dan maksiat di masa yang akan datang.
Lafadz Istighfar bisa yang pendek yaitu
أستغفر الله العظيم
Doa Istighfar Nabi Adam
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Artinya: “Ya Tuhan, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami serta memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raf: 23)
Dan yang paling utama adalah Doa Sayyidul Istighfar.
اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَعْتَرِفُ بِذُنُوبِي فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ
Artinya:
”Ya Allah Engkau adalah Tuhanku, Tidak ada sesembahan yang haq kecuali Engkau, Engkau yang menciptakanku sedang aku adalah hamba-Mu dan aku diatas ikatan janji -Mu (yaitu selalu menjalankan perjanjian-Mu untuk beriman dan ikhlas dalam menjalankan amal ketaatan kepada-Mu) dengan semampuku, aku berlindung kepadamu dari segala kejahatan yang telah aku perbuat, aku mengakui-Mu atas nikmat-Mu terhadap diriku dan aku mengakui dosaku pada-Mu, maka ampunilah aku, sesungguhnya tiada yang boleh mengampuni segala dosa kecuali Engkau”.
Semoga Allah Ta’ala memberikan Karunia Istiqomah … Amiin ..
( Slm/Red Al Muuqin )