ARTIKELMuslimah

Perempuan-Perempuan Pendamba Surga

Sepanjang sejarah Islam banyak sekali sosok-sosok muslimah yang dikaruniai kelebihan oleh Allah ‘Azza wa Jalla. Diberi karunia kekuatan untuk bersabar menerima ketetapan dalam hidupnya. Karunia kesabaran dalam mengemban amanahnya menjadi seorang istri dan ibu dalam kehidupan rumah tangganya. Karunia keteguhan dalam menapaki keislamannya. Dan karunia ketaatan dan ketakwaan yang sungguh luar biasa di antara kaum perempuan yang lainnya. Sosok-sosok ini hampir dilupakan oleh perempuan-perempuan yang hidup di masa kini. Segelintir perempuan bahkan boleh jadi sebagian besar dari perempuan sekarang, lebih mengedepankan figur-figur perempuan yang sukses dalam karir sebagai panutan. Mereka lebih membanggakan sosok-sosok itu, dan selanjutnya menjadi kiblat bagi cara pandang, gaya hidup bahkan pada hal-hal yang sifatnya lebih prinsip dalam kehidupan mereka. Hal ini membuat para perempuan menjadi tidak berkualitas dimata Allah ‘Azza wa Jalla. Karena apa? Karena apa yang ada dalam benaknya hanya kesenangan dunia, sehingga melalaikan dirinya dari mentaati Allah.

Pada saat Allah memberinya ujian, maka perilakunya menjauhkan dirinya dari Allah, menjadi tidak bersabar. Hal ini terjadi karena tidak menyadari satu prinsip penting dalam hidupnya bahwa Allah satu-satunya Pencipta. Ia yang memberi dan Ia yang mengambil. Ia yang melapangkan dan Ia juga yang berhak untuk menyempitkan, hal itu yang tidak dimiliki oleh mereka. Sekiranya kiblatnya dalam panutan mereka adalah wanita-wanita sholihah, maka tidak ada cerita seorang muslimah, hidupnya berfoya-foya, gaya hidupnya penuh dengan kesia-siaan, yang tidak mampu bersabar dengan ujian. Akan tetapi yang ada adalah muslimah-muslimah yang taat, yang sabar, yang menjaga diri, dan yang amanat dengan segala titipannya.

Barangkali para muslimah harus segera bangun dari kelemahan dirinya yang diperdayakan dengan kehidupan glamour dunia. Sejenak bercermin pada perempuan-perempuan muslimah yang hidup di zaman terdahulu, semasa Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam. Mereka adalah sebaik-baik perempuan yang hidupnya kaya dengan perjuangan. Meski kesulitan, namun tetap teguh dalam keimanan. Tentang mereka, disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu `alaihi wasalam:

“Sebaik-baik muslimah Surga adalah Khodijah, Fatimah, Maryam dan Asiyah.” (HR. Baihaqi)

Empat sosok Muslimah yang sangat beruntung, ketika mereka masih hidup, sudah mengetahui akhir perjalanan hidupnya. Sebab, mereka telah dijamin Surga. Tentu mereka wanita-wanita pilihan yang memiliki keistimewaan, meski tetap mereka adalah wanita biasa, bagian dari manusia. Ada banyak pelajaran yang diajarkan oleh keempat sosok muslimah tersebut. Mereka memberikan tauladan yang bisa menjadi cermin bagi wanita-wanita pada generasi sesudahnya. Inilah keistimewaan yang ada pada mereka:

  1. Mereka adalah muslimah yang mampu memaknai hidup.

Kehidupan mereka tidak terlepas dari tantangan dan dinamika. Mereka tidak hidup pada dunia yang landai, datar tanpa permasalahan. Mereka hidup pada lazimnya kehidupan dunia. Sebagaimana Allah menjelaskan tentang kehidupan dunia itu di dalam QS. Al-Balad ayat ke-4 yang artinya;

“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.”

Itulah yang digambarkan oleh Allah tentang dunia yang juga diberikan oleh Allah kepada muslimah-muslimah terdahulu tadi. Namun mereka begitu menikmatinya. Karena mereka sangat mengerti bahwa di balik segala tantangan dan dinamika yang melelahkan itu, sesungguhnya mereka mengejar Surga. Mereka juga sangat menyadari bahwa kehidupan yang sebenarnya adalah di akhirat, kehidupan yang lebih baik serta kekal dan kehidupan dunia hanya sementara.

Allah berfirman di dalam QS. Al-Ghosyiyah: 17 yang artinya, “Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.”

Ibunda Khodijah hidupnya penuh perjuangan dengan menjadi istri yang harus mendampingi perjuangan berat dan panjang dalam menegakkan Islam yang dibawa oleh suami tercintanya Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam. Berjuang menjadi istri yang tenang dikala suaminya terguncang. Bahkan harus berfikir menjadi inisiator bagi jawaban atas kegundahan hati suaminya. Suatu hari dengan penuh rasa takut setelah melihat sosok malaikat di ujung cakrawala, Nabi Muhammad Shallallahu `alaihi wa sallam menemui Khodijah dan menceritakan apa yang beliau lihat, “Wahai Khodijah. Demi Allah, tidak pernah aku membenci sesuatu seperti aku membenci berhala dan para peramal. Aku takut apa yang kulihat itu pertanda bahwa aku akan menjadi peramal.” Khodijah menjawab, “Tidak, saudara sepupuku. Jangan katakan itu. Allah tidak pernah melakukan hal itu kepadamu. Engkau selalu menyambung tali silaturahmi, engkau selalu jujur, engkau selalu menunaikan amanat, dan akhlakmu sungguh mulia. Di lain waktu, Rasulullah datang dengan penuh ketakutan dan berkata, “Selimuti aku, selimuti aku!” Khodijah segera mendekap dengan lembut dan meyakinkan dengan ucapannya bahwa Allah akan melindungi. Sentuhan lembut dan sikap yang meyakinkan ini membebaskan Rasulullah dari sebagian rasa takutnya. Dan yang mengesankan adalah, beliau paham kepada siapa harus bertanya tentang masalah yang dihadapinya. Beliau datang pada seorang pendeta yang beriman kepada Allah dan mengerti tentang kitab-kitab terdahulu. Dari pendeta inilah jalan terang mulai terlihat. Lihatlah, betapa jiwa inisiator muncul dari benak Khodijah untuk datang pada orang yang tepat. Hal ini bulan semata-mata karena kebetulan, namun karena kesungguhan beliau sebagai seorang istri yang paham betul tentang perannya sebagai seorang istri. Meski berat jiwa dan lelah batin beliau, namun senantiasa berusaha memberikan yang terbaik.

Perjuangan lain yang tak kalah hebatnya adalah bagaimana seorang Khodijah yang kaya raya, menginfaqkan hartanya untuk perjuangan Islam. Beberapa penggal dari kisah kehidupan beliau ini menggambarkan betapa beliau begitu menikmati amanatnya dengan berbuat yang terbaik. Beliau mengajarkan tentang satu hal yang berharga untuk para muslimah bahwa `Kebahagiaan itu bukan dengan menerima, namun dengan memberi`. Putri Rasulullah tercinta, Fatimah binti Muhammad adalah sesosok perempuan yang bertarung menghadapi perjuangan fisik di rumahnya. Melawan rasa lelah mengaduk tepung, menimba air serta mengurus rumah dan anak-anak. Fitrah kemanusiaannya pernah muncul untuk meminta khodimah (pembantu) pada Rasulullah tatkala ada para budak, namun tatkala yang dipesankan oleh Rasulullah adalah menikmati lahan jihadnya di rumah dengan banyak berdzikir kepada Allah, maka tak ada lagi keluh kesah, kecuali perjuangan untuk menikmati lahan jihadnya ini. Kembali sosok ini menegaskan pada para muslimah, bahwa masing-masing kita punya episode yang berbeda, tetapi setiap kita selaku muslimah harus memiliki keyakinan yang sama, bahwa episode itu adalah lahan untuk mendapatkan keridhoan Allah berupa Surga. Dengan bekal kesabaran, dengan bekal keyakinan akan ke Maha Sempurnaan Perbuatan Allah dan bekal keikhlasan, maka tak ada pilihan kecuali harus menikmatinya….

  1. Para muslimah penghuni Surga ini adalah perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan dirinya.

Maryam binti Imron adalah sosok perempuan muslimah yang menghiasi hidupnya dengan ketaatan kepada Allah. Tidak terperdaya dengan kesenangan dunia yang melalaikan. Tidak memuaskan syahwatnya layaknya perempuan-perempuan pada umumnya yang ingin berdandan, ingin berfoya-foya, ingin bersenang-senang. Ingin hidup bebas yang tidak menghiraukan etika agama. Namun ia menghambakan dirinya kepada Allah dengan beribadah, menjaga diri dari sekecil apapun kemaksiatan. Menikmati hidupnya dengan ketakwaan. Adapun sosok Asiyah adalah foto perempuan yang tetap teguh pendirian dalam kebenaran. Menjaga kemuliaan diri dengan akhlak yang mulia, tatkala di sekitarnya dipenuhi dengan kebejatan, kedurhakaan. Sosok perempuan yang mampu bertahan dalam keimanan, dikala orang terdekatnya yang menjadi suaminya menuhankan dirinya sendiri. Tak ada gentar, tetap bertahan sampai Allah menyelamatkan dan menganugerahkan rumah di Surga.

Subhaanallah. Inilah Empat sosok muslimah yang berhasil mengukir sejarah, yang tak pernah pupus dimakan zaman. Wanita-wanita sholihah yang bertahan dalam memperjuangkan keimanan. Kunci penting untuk para muslimah yang mereka ajarkan adalah, menjaga kesholihan dalam aqidah, kesholihan dalam ibadah dan kesholihan dalam akhlak. Semoga menjadi bahan renungan. Wallahu a`lam

Sumber : mihrabqolbi.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *